KEFAMENANU, KOMPAS.com - Karena dipaksa memberikan
nilai untuk murid-muridnya, seorang guru di SMA Negeri I Kefamenanu,
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, akhirnya
mengundurkan diri sebagai guru komite sekolah.
Guru bernama Maria
Yohana Abi itu telah mengabdi sejak 2007 sebagai pengajar mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Abi mengajukan pengunduran
dirinya kepada kepala sekolah dan komite sekolah pada Senin, (23/4/2012)
karena tak kuasa menahan tekanan psikologi yang ditanggungnya selama
ini.
"Saya pada intinya hanya mau memperhatikan kualitas
pendidikan anak-anak dan tidak berniat mau menjatuhkan guru-guru apalagi
kepala sekolah. Hanya kalau model pendidikan seperti ini dampaknya
nanti pada anak-anak. Terus terang saja, saya mengundurkan diri karena
tidak cocok dengan sistem di dalam sekolah," kata Abi di kediamannya,
Senin (30/4/2012).
Abi mengatakan, persoalan tersebut
dilatarbelakangi oleh kurangnya jumlah siswa yang tidak menguasai
pelajaran TIK di kelas XI semester I pada tahun ajaran 2010/2011.
Setelah proses belajar mulai dari dasar internet sampai ujian, hanya
tiga orang siswa yang dinyatakan mampu, sedangkan sebagian besar tidak
bisa dan terancam tidak lulus.
Khawatir bila nilai-nilai ujian itu
dapat mengganggu kelulusan siswa, beberapa wali kelas XI mendesak Abi
untuk merekayasa nilai tanpa melalui rapat dengan guru-guru. Merasa
mendapat secara psikologis, akhinya Abi terpaksa memberi nilai merata
antara 70 dan 80 untuk semua murid, meskipun hal itu tidak sesuai dengan
indikator dalam silabus. "Saya selama ini tertekan, tapi mengingat
banyak hal khususnya terhadap siswa sehingga baru minggu lalu karena tak
kuat lagi, terpaksa saya harus mengundurkan diri," kata Abi.
Terkait
dengan itu, Kepala SMA Negeri I Kefamenanu, Yoseph Obe, mengatakan
bahwa masalah tersebut berada di luar kendalinya karena ia belum genap
menjabat sebagai kepala sekolah selama satu tahun. Kejadian itu, kata
Obe, menjadi tanggung jawab kepala sekolah sebelumnya.
Meski demikian, Obe sangat menyayangkan sikap Abi yang memuat berita di sebuah media online lokal
tentang hal tersebut di saat dirinya sementara menjabat sebagai kepala
sekolah. "Kenapa tidak dipublikasikan sebelum-sebelumnya? Untuk
pemberian nilai TIK kepada para murid, sebenarnya tidak ada yang menekan
dan tidak ada yang mengintervensinya. Yang bersangkutan juga dengan
sadar mengisi nilai di depan guru-guru sekretaris yag merekrut
nilai-nilai itu," kata Obe.